Kamis, 13 September 2018

ISMKMI Sang Pembangun Peradaban


Frank Herbert, seorang penulis fiksi sains Amerika Serikat, berkata “every civiliation depends upon the quality of individuals it produces”. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa peradaban tergantung pada kualitas tiap individu yang dihasilkan. Memang benar, tingkat kemajuan peradaban bergantung pada kualitas tiap individu yang hidup di dalamnya. Seorang manusia dapat dikatakan berkualitas bila keadaan fisik dan non-fisiknya sehat. Sehat fisik dimaknai dengan sehat badan dan non-fisik yang berarti sehat jiwa.
Dewasa ini, sehat secara badan semakin sulit untuk diraih. Penyakit kini sudah semakin berkembang. Meski begitu, pola hidup masyarakat masih digolongkan sebagai pola hidup yang kurang sehat. Tingkat kesadaran masyarakat zaman modern untuk hidup sehat masih tergolong rendah. Utamanya pada generasi muda, menjalani pola hidup sehat seharusnya diterapkan dalam kesehariannya. Sebab, pola hidup sehat menjadi salah satu transisi kehidupan yang harus dijalani. Dengan generasi yang sehat, Indonesia dapat menjadi negara yang hebat.
Melihat keadaan yang seperti itu, ada golongan yang sadar bahwa Indonesia harus dibina menuju negara yang sehat. Tak luput dari sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa juga menginginkan adanya kesehatan yang baik pada masyarakat Indonesia. Maka dari itu, mahasiswa kesehatan masyarkat pun bergabung dan melahirkan organisasi Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI).
Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) merupakan organisasi yang dibentuk pada tanggal 24 Desember 1991, didirikan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Sumatra Utara, Universitas Airlangga, dan Universitas Hassanudin. Bila belihat sejarah pembentukan yang ada, ISMKMI memang tercipta untuk Indonesia yang diwakili dari berbagai daerah berbeda. Sebagai ikatan organisasi mahasiswa se-profesi (IOMS) dibidang kesehatan masyarakat tentunya konteks pergerakan ISMKMI adalah untuk memasyarakatkan paradigma sehat sehingga indonesia sehat dapat terwujud sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu, pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Berdirinya ISMKMI tentunya tidak hanya sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa kesehatan Masyarakat se-Indonesia. ISMKMI didirikan denga tujuan menjalin persatuan dan kesatuan antar Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat se-Indonesia dalam rangka pembinaan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat se-Indonesia sebagai insan yang menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu kesehatan masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan kepekaan dan peranan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat dalam mengkritisi pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan kesehatan masyarakat pada khususnya serta meningkatkan peran aktif dalam upaya promotif dan preventif demi mencapai masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan produktif.
Tentu dalam mencapai tujuannya, ISMKMI memiliki cara untuk mewujudkannya. Untuk mencapai tujuan organisasi maka diadakan musyawarah nasional yang diadakan setiap satu periode kepengurusan (dua tahun) yang pada akhirnya dilakukan penyusunan anggaran dasar dan rumah tangga(AD & ART), garis besar haluan organisasi (GBHO), dilanjutkan dengan pemilihan sekretaris jenderal, setelah itu dilakukan pemilihan perangkat kepengurusan nasioanl pada rapat kerja nasional (RAKERNAS).
Sebagai sebuah organisasi, ISMKMI tentunya memiliki visi. Visinya yaitu menjadikan ISMKMI sebagai IOMS ujung tombak dalam proses Pembangunan Nasional khususnya dalam bidang Kesehatan Masyarakat. Untuk mencapai visi tersebut, ISMKMI memiliki misi dengan menjadikan kesatuan Institusi Kesmas menjadi landasan arah gerak. Yang kedua menjadikan ISMKMI organisasi yang berperan optimal dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Lalu yang ketiga yaitu memberikan ISMKMI dan anggotanya Kemanfaatan.
Melihat profil ISMKMI tentunya kita dapat memprediksikan jika ISMKMI akan menjadi sebuah organisasi yang besar. Besar bukan dalam arti luasnya cakupan keanggotan yang dikumpulkan, namun besar dalam makna kontribusi yang dapat ISMKMI hasilkan. Menginginkan adanya perbaikan pembangunan nasional di bidang kesehatan masyarakat tentunya tidaklah mudah. Meski ISMKMI membimbing masyarakat menuju tatanan yang lebih baik, belum tentu masyarakat yang menjadi sasaran perubahan mau diajak dapat dengan mudahnya sadar akan kesehatan. ISMKMI masih harus “melawan” budaya yang bergesekan dengan pedoman hidup sehat. Tantangan eksternal ini bukanlah perkara mudah yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang pendek.
Selain tantangan eksternal, ISMKMI juga harus mengatasi tantangan internal. Membina mahasiswa kesehatan masyarakat se-Indonesia bukanlah sebuah tugas yang seringan kertas. Terlebih ISMKMI menginginkan mahasiswa kesehatan masyarakat untuk menghayati dan mengimplementasikan ilmu kesehatan masyarakat. Dengan adanya globalisasi, teknologi menantang ISMKMI untuk berjuang lebih keras untuk memberikan kesadaran kepada mahasiswa kesehatan masyarakat.
Tugas mulia dan berat yang diemban ISMKMI tentu tak dapat dituntaskan tanpa timbal balik positif dari mahasiswa kesehatan masyarakat itu sendiri. Mahasiswa kesehatan harus sadar jika Indonesia membutuhkan orang-orang yang peduli, bukan orang yang memperkaya diri sendiri. Mahasiswa kesehatan masyarakat harus sadar jika ilmu yang mereka pelajari tidak untuk dirinya sendiri, namun untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Mahasiswa kesehatan masyarakat harus sadar jika tugas meningkatkan derajat kesehatan bukan hanya tugas individu seorang.
Harapannya, dengan adanya ISMKMI mahasiswa kesehatan masyarakat mampu menemukan wadah baru dalam membaktikan diri pada negeri. Mahasiswa kesehatan masyarakat juga memiliki wadah baru untuk belajar kondisi kesehatan negara secara nyata di luar ruangan. Lewat ISMKMI juga diharapkan mampu menuntun mahasiswa kesehatan masyarakat menjadi kader-kader kesehatan yang berkualitas serta menjunjung tinggi nilai-nilai yang luhur. Dengan itu peradaban tidak hanya maju dalam teknologi dan ekonomi, namun juga maju dalam kesehatan tiap pribadi.

SUMBER     : https://ismkmi.wordpress.com

 









KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2018

NAMA ANGKATAN     
FORMIC

YEL-YEL ANGKATAN
Kami Formic beraksi
Walau panas terik matahari
Berjuta kali kami Formic berbakti
Bagiku itu langkah pasti

Di hari-hari esok adalah milik kita
Formic jaya kebanggaan negara
Gagap gempita kami Formic bisa
Demi kejayaan Indonesia

Marilah kawan
Mari kita nyanyikan
Sebuah lagu...
Lagu kemenangan

FOTO ANGKATAN


Rabu, 12 September 2018

Tri Dharma Perguruan Tinggi: Jiwa dan Raga Mahasiswa

Mahasiswa kerap dianggap menjadi agen perubahan. Bila melihat sejarah, hal itu benar adanya. Mahasiswa Orde Lama telah menjadi aktor besar dalam menggulingkan tirani yang tengah dikondisikan untuk kekal abadi. Betapa hebatnya mahasiswa mampu menekan pemerintahan untuk mengadakan pembaruan. Bumi pertiwi sejanak kembali tersenyum tatkala tirani yang bobrok telah roboh. Tak kalah juga mahasiswa Orde Baru. Aksi yang mereka lakukan sangatlah fenomenal. Setelah tiga puluh dua tahun roda pemerintahan dipimpin oleh tokoh yang ajek, mahasiswa berhasil memenuhi panggilan demokrasi untuk mengabdi pada negeri. Lantas, bagaimanakah mahasiswa masa kini?
Melalui puisi, Najwa Shihab mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Berikut penggalan puisi Najwa Shihab berjudul “Catatan Untuk Mahasiswa”.

Mahasiswa terlalu terambung IPK
Huruf dan Angka yang masih dianggap simbol bahwa ia bisa
Tak peduli hasil dari mana
Asal bisa mendapat A

Tak peduli rakyatnya lapar
Harga kebutuhan dikendalikan pasar
Teriakan mahasiswa tiada terdengar
Mereka diruangan berAC 'katanya' sedang belajar

Mahasiswa kekinian
Titip absen dianggap simbol setia kawan
Tak ada motivasi belajar membenahi tatanan
Kuliah asal cukup kehadiran
Masa bodo rakyat menderita asal mereka duduk nyaman

Penggalan puisi tersebut benar adanya. Mahasiswa seharusnya ingat akan ikrar mahasiswa ketika mereka masih mengenakan hem putih dan dasi hitam. Mahasiswa sadar sesadar-sadarnya membacakan ikrar dengan lantang dan keras janji yang akan mereka penuhi selagi berstatus menjadi mahasiswa. Namun, sebagai harapan bangsa, mahasiswa justru masih kerap bertingkah berseberangan dengan lisan mereka sendiri. Padahal menjadi hal umum bila seluruh pelaku pendidikan tinggi memahami dan melaksanakan tiga asas yang menjadi pegangan kehidupan akademik yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Secara bahasa, Tri Dharma tersusun dari dua kata.Tri yang berarti tiga dan Dharma yang berarti kewajiban. Bila diterjemahkan secara bahasa, Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan tiga kewajiban yang dijalankan oleh peguruan tinggi. Secara istilah, Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan tiga hal  yang harus dijalankan oleh civitas akademika, menjadi landasan visi dan tanggung jawab dan melekat di jiwa dan raga civitas akademika. Jadi Tri Dharma Perguruan Tinggi tidaklah hanya dilaksanakan untuk dosen, namun juga didukung mahasiswa.
Tri Dharma Perguruan Tinggi memiliki tiga pilar utama. Tiga ppilar utama tersebut adalah Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat. Secara kasat mata, selurus isi Tri Dharma Perguruan Tinggi telah dilaksanakan oleh mahasiswa. Mereka memenuhi kewajiban pendidikan dengan berangkat kuliah, melakukan penelitian lewat penulisan skripsi ataupun tesis, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat lewat Kuliah Kerja Nyata (KKN) hingga ke daerah-daerah yang belum terjamah modernitas. Namun, sudahkah tindakan tersebut dijiwai dengan hati yang tulus?
Puisi yang telah penulis kutip dapat menggambarkan kondisi mahasiswa era ini, meskipun tidak berlaku bagi semuanya. Dalam perkuliahan dikenal dengan istilah tipsen, yaitu titip absen. Mereka mengatasnamakan kebohongan dengan kesetiakawanan. Sejatinya, kebohongan baru saja ditorehkan di atas Dharma yang dibangun atas kesucian. Ada lagi mahasiswa yang malas-malasan. Gawai atau ponsel pintar kini menjadi “tuhan” mereka. Mereka rela beribadah hingga larut malam agar mendapat kebahagiaan yang dikata hakiki. Ujungnya, tugas terabaikan dan menyontek menjadi pilihan. Kasihan bagi mereka yang kerja rodi mengerjakan tugas kelompok seorang diri.    
Beruntungnya penelitian telah banyak digalakkan. Telah banyak mahasiswa yang menghasilkan berbagai karya tulis ilmiah serta hasil cipta karya yang berguna bagi masyarakat. Meski begitu, masih banyak yang menghasilkan penelitian tidak dari tulisan tangan sendiri. Skripsi sekarang bisa dibeli. Asal lancar saat presentasi, gelar pun diraih cukup dengan uang sendiri.
Pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa banyak menghasilkan karya positif. Kini mahasiswa tak hanya dapat melakukan pengabdian melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN), namun juga dapat melalui kegiatan volunteering atau sukarelawan ke daerah-daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar) di Indonesia. Banyak lembaga yang menawarkan kepada mahasiswa untuk bisa mengabdi ke masyarakat. Setidaknya dengan tingginya jumlah kesempatan dan keinginan bagi mahasiswa untuk melakukan pengabdian dapat menutupi kekurangan mahasiswa yang terkadang masih berat hati meninggalkan zona nyaman.
Kondisi mahasiswa generasi ini seperti rumah mewah yang kosong. Bangunannya telah disusun dari kerangka yang kokoh. Dari jauh pun rumahnya terlihat megah. Nahasnya, bila kita menyelisik lebih jauh ke dalam rumah mewah tersebut, masih terlihat banyak ruang-ruang kosong. Apa jadinya bila bangunan hanyalah kosong? Rumah tak berisi hanyalah bangunan tak berarti. Sangat disayangkan bila bangunan hanyalah megah di luar, namun hampa di dalam.
Mahasiswa masa kini dituntut tidak hanya hadir dalam ruangan, namun dapat membangun peradaban. Mahasiswa perlu membuka hati untuk melihat ironi negeri sendiri. Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan hanya sebatas nama, namun menjadi jati diri mahasiswa. Tri Dharma tidak hanya mengajarkan untuk melambungkan IPK, namun juga menginginkan adanya karya nyata untuk rakyat Indonesia.
Franklin D. Roosevelt, Presiden Amerika Serikat ke-32, mengatakan, “We cannot always build the future for our youth, but we can build our youth for the future”. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah jalan menuju masa depan dan Mahasiswa merupakan harapan peradaban. Bila mahasiswa terus menjunjung tinggi Dharmanya, bukan tidak mungkin negeri kita akan menuju zaman keemasan. Mahasiswa ada untuk Indonesia.