ALL ABOUT PUBLIC HEALTH
Sabtu, 15 September 2018
Kamis, 13 September 2018
ISMKMI Sang Pembangun Peradaban
Frank
Herbert, seorang penulis fiksi sains Amerika Serikat, berkata “every civiliation depends upon the quality
of individuals it produces”. Pernyataan tersebut memiliki makna bahwa
peradaban tergantung pada kualitas tiap individu yang dihasilkan. Memang benar,
tingkat kemajuan peradaban bergantung pada kualitas tiap individu yang hidup di
dalamnya. Seorang manusia dapat dikatakan berkualitas bila keadaan fisik dan
non-fisiknya sehat. Sehat fisik dimaknai dengan sehat badan dan non-fisik yang
berarti sehat jiwa.
Dewasa
ini, sehat secara badan semakin sulit untuk diraih. Penyakit kini sudah semakin
berkembang. Meski begitu, pola hidup masyarakat masih digolongkan sebagai pola
hidup yang kurang sehat. Tingkat kesadaran masyarakat zaman modern untuk hidup
sehat masih tergolong rendah. Utamanya pada generasi muda, menjalani pola hidup
sehat seharusnya diterapkan dalam kesehariannya. Sebab, pola hidup sehat
menjadi salah satu transisi kehidupan yang harus dijalani. Dengan generasi yang
sehat, Indonesia dapat menjadi negara yang hebat.
Melihat
keadaan yang seperti itu, ada golongan yang sadar bahwa Indonesia harus dibina
menuju negara yang sehat. Tak luput dari sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa
juga menginginkan adanya kesehatan yang baik pada masyarakat Indonesia. Maka dari
itu, mahasiswa kesehatan masyarkat pun bergabung dan melahirkan organisasi
Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI).
Ikatan
Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) merupakan organisasi
yang dibentuk pada tanggal 24 Desember 1991, didirikan oleh Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas
Sumatra Utara, Universitas Airlangga, dan Universitas Hassanudin. Bila belihat
sejarah pembentukan yang ada, ISMKMI memang tercipta untuk Indonesia yang
diwakili dari berbagai daerah berbeda. Sebagai ikatan organisasi mahasiswa
se-profesi (IOMS) dibidang kesehatan masyarakat tentunya konteks pergerakan
ISMKMI adalah untuk memasyarakatkan paradigma sehat sehingga indonesia sehat dapat
terwujud sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu, pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat.
Berdirinya
ISMKMI tentunya tidak hanya sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa kesehatan
Masyarakat se-Indonesia. ISMKMI didirikan denga tujuan menjalin persatuan dan
kesatuan antar Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat se-Indonesia dalam rangka
pembinaan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat se-Indonesia sebagai insan yang
menghayati dan mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu
kesehatan masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan kepekaan
dan peranan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat dalam mengkritisi pembangunan
nasional pada umumnya dan pembangunan kesehatan masyarakat pada khususnya serta
meningkatkan peran aktif dalam upaya promotif dan preventif demi mencapai
masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat dan produktif.
Tentu
dalam mencapai tujuannya, ISMKMI memiliki cara untuk mewujudkannya. Untuk
mencapai tujuan organisasi maka diadakan musyawarah nasional yang diadakan setiap
satu periode kepengurusan (dua tahun) yang pada akhirnya dilakukan penyusunan
anggaran dasar dan rumah tangga(AD & ART), garis besar haluan organisasi
(GBHO), dilanjutkan dengan pemilihan sekretaris jenderal, setelah itu dilakukan
pemilihan perangkat kepengurusan nasioanl pada rapat kerja nasional (RAKERNAS).
Sebagai sebuah organisasi, ISMKMI tentunya memiliki visi. Visinya yaitu
menjadikan ISMKMI sebagai IOMS ujung tombak dalam proses Pembangunan
Nasional khususnya dalam bidang Kesehatan Masyarakat. Untuk mencapai visi
tersebut, ISMKMI memiliki misi dengan menjadikan kesatuan Institusi Kesmas menjadi landasan
arah gerak. Yang kedua menjadikan ISMKMI organisasi yang berperan optimal dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia. Lalu yang ketiga yaitu memberikan ISMKMI
dan anggotanya Kemanfaatan.
Melihat
profil ISMKMI tentunya kita dapat memprediksikan jika ISMKMI akan menjadi
sebuah organisasi yang besar. Besar bukan dalam arti luasnya cakupan keanggotan
yang dikumpulkan, namun besar dalam makna kontribusi yang dapat ISMKMI
hasilkan. Menginginkan adanya perbaikan pembangunan nasional di bidang
kesehatan masyarakat tentunya tidaklah mudah. Meski ISMKMI membimbing
masyarakat menuju tatanan yang lebih baik, belum tentu masyarakat yang menjadi
sasaran perubahan mau diajak dapat dengan mudahnya sadar akan kesehatan. ISMKMI
masih harus “melawan” budaya yang bergesekan dengan pedoman hidup sehat.
Tantangan eksternal ini bukanlah perkara mudah yang dapat diselesaikan dalam
jangka waktu yang pendek.
Selain
tantangan eksternal, ISMKMI juga harus mengatasi tantangan internal. Membina
mahasiswa kesehatan masyarakat se-Indonesia bukanlah sebuah tugas yang seringan
kertas. Terlebih ISMKMI menginginkan mahasiswa kesehatan masyarakat untuk
menghayati dan mengimplementasikan ilmu kesehatan masyarakat. Dengan adanya
globalisasi, teknologi menantang ISMKMI untuk berjuang lebih keras untuk
memberikan kesadaran kepada mahasiswa kesehatan masyarakat.
Tugas
mulia dan berat yang diemban ISMKMI tentu tak dapat dituntaskan tanpa timbal
balik positif dari mahasiswa kesehatan masyarakat itu sendiri. Mahasiswa
kesehatan harus sadar jika Indonesia membutuhkan orang-orang yang peduli, bukan
orang yang memperkaya diri sendiri. Mahasiswa kesehatan masyarakat harus sadar
jika ilmu yang mereka pelajari tidak untuk dirinya sendiri, namun untuk
kepentingan masyarakat Indonesia. Mahasiswa kesehatan masyarakat harus sadar
jika tugas meningkatkan derajat kesehatan bukan hanya tugas individu seorang.
Harapannya,
dengan adanya ISMKMI mahasiswa kesehatan masyarakat mampu menemukan wadah baru
dalam membaktikan diri pada negeri. Mahasiswa kesehatan masyarakat juga
memiliki wadah baru untuk belajar kondisi kesehatan negara secara nyata di luar
ruangan. Lewat ISMKMI juga diharapkan mampu menuntun mahasiswa kesehatan
masyarakat menjadi kader-kader kesehatan yang berkualitas serta menjunjung
tinggi nilai-nilai yang luhur. Dengan itu peradaban tidak hanya
maju dalam teknologi dan ekonomi, namun juga maju dalam kesehatan tiap pribadi.
SUMBER : https://ismkmi.wordpress.com
KESEHATAN MASYARAKAT ANGKATAN 2018
NAMA ANGKATAN
FORMIC
YEL-YEL ANGKATAN
Kami Formic beraksi
Walau panas terik matahari
Berjuta kali kami Formic berbakti
Bagiku itu langkah pasti
Di hari-hari esok adalah milik kita
Formic jaya kebanggaan negara
Gagap gempita kami Formic bisa
Demi kejayaan Indonesia
Marilah kawan
Mari kita nyanyikan
Sebuah lagu...
Lagu kemenangan
FOTO ANGKATAN
FORMIC
YEL-YEL ANGKATAN
Kami Formic beraksi
Walau panas terik matahari
Berjuta kali kami Formic berbakti
Bagiku itu langkah pasti
Di hari-hari esok adalah milik kita
Formic jaya kebanggaan negara
Gagap gempita kami Formic bisa
Demi kejayaan Indonesia
Marilah kawan
Mari kita nyanyikan
Sebuah lagu...
Lagu kemenangan
FOTO ANGKATAN
Rabu, 12 September 2018
Tri Dharma Perguruan Tinggi: Jiwa dan Raga Mahasiswa
Mahasiswa kerap dianggap
menjadi agen perubahan. Bila melihat sejarah, hal itu benar adanya. Mahasiswa
Orde Lama telah menjadi aktor besar dalam menggulingkan tirani yang tengah dikondisikan
untuk kekal abadi. Betapa hebatnya mahasiswa mampu menekan pemerintahan untuk
mengadakan pembaruan. Bumi pertiwi sejanak kembali tersenyum tatkala tirani
yang bobrok telah roboh. Tak kalah juga mahasiswa Orde Baru. Aksi yang mereka
lakukan sangatlah fenomenal. Setelah tiga puluh dua tahun roda pemerintahan
dipimpin oleh tokoh yang ajek, mahasiswa berhasil memenuhi panggilan demokrasi
untuk mengabdi pada negeri. Lantas, bagaimanakah mahasiswa masa kini?
Melalui puisi, Najwa
Shihab mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Berikut penggalan puisi
Najwa Shihab berjudul “Catatan Untuk Mahasiswa”.
Mahasiswa terlalu terambung IPK
Huruf dan Angka yang masih dianggap simbol bahwa ia bisa
Tak peduli hasil dari mana
Asal bisa mendapat A
Tak peduli rakyatnya lapar
Harga kebutuhan dikendalikan pasar
Teriakan mahasiswa tiada terdengar
Mereka diruangan berAC 'katanya' sedang belajar
Mahasiswa kekinian
Titip absen dianggap simbol setia kawan
Tak ada motivasi belajar membenahi tatanan
Kuliah asal cukup kehadiran
Masa
bodo rakyat menderita asal mereka duduk nyaman
Penggalan puisi tersebut
benar adanya. Mahasiswa seharusnya ingat akan ikrar mahasiswa ketika mereka
masih mengenakan hem putih dan dasi hitam. Mahasiswa sadar sesadar-sadarnya
membacakan ikrar dengan lantang dan keras janji yang akan mereka penuhi selagi
berstatus menjadi mahasiswa. Namun, sebagai harapan bangsa, mahasiswa justru
masih kerap bertingkah berseberangan dengan lisan mereka sendiri. Padahal
menjadi hal umum bila seluruh pelaku pendidikan tinggi memahami dan
melaksanakan tiga asas yang menjadi pegangan kehidupan akademik yaitu Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
Secara bahasa, Tri Dharma
tersusun dari dua kata.Tri yang berarti tiga dan Dharma yang berarti kewajiban.
Bila diterjemahkan secara bahasa, Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan tiga
kewajiban yang dijalankan oleh peguruan tinggi. Secara istilah, Tri Dharma
Perguruan Tinggi merupakan tiga hal yang
harus dijalankan oleh civitas akademika, menjadi landasan visi dan tanggung
jawab dan melekat di jiwa dan raga civitas akademika. Jadi Tri Dharma Perguruan
Tinggi tidaklah hanya dilaksanakan untuk dosen, namun juga didukung mahasiswa.
Tri Dharma Perguruan
Tinggi memiliki tiga pilar utama. Tiga ppilar utama tersebut adalah Pendidikan,
Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat. Secara kasat mata,
selurus isi Tri Dharma Perguruan Tinggi telah dilaksanakan oleh mahasiswa.
Mereka memenuhi kewajiban pendidikan dengan berangkat kuliah, melakukan
penelitian lewat penulisan skripsi ataupun tesis, dan melakukan pengabdian
kepada masyarakat lewat Kuliah Kerja Nyata (KKN) hingga ke daerah-daerah yang
belum terjamah modernitas. Namun, sudahkah tindakan tersebut dijiwai dengan
hati yang tulus?
Puisi yang telah penulis
kutip dapat menggambarkan kondisi mahasiswa era ini, meskipun tidak berlaku
bagi semuanya. Dalam perkuliahan dikenal dengan istilah tipsen, yaitu titip
absen. Mereka mengatasnamakan kebohongan dengan kesetiakawanan. Sejatinya, kebohongan
baru saja ditorehkan di atas Dharma yang dibangun atas kesucian. Ada lagi
mahasiswa yang malas-malasan. Gawai atau ponsel pintar kini menjadi “tuhan”
mereka. Mereka rela beribadah hingga larut malam agar mendapat kebahagiaan yang
dikata hakiki. Ujungnya, tugas terabaikan dan menyontek menjadi pilihan. Kasihan
bagi mereka yang kerja rodi mengerjakan tugas kelompok seorang diri.
Beruntungnya penelitian
telah banyak digalakkan. Telah banyak mahasiswa yang menghasilkan berbagai
karya tulis ilmiah serta hasil cipta karya yang berguna bagi masyarakat. Meski
begitu, masih banyak yang menghasilkan penelitian tidak dari tulisan tangan
sendiri. Skripsi sekarang bisa dibeli. Asal lancar saat presentasi, gelar pun
diraih cukup dengan uang sendiri.
Pengabdian masyarakat
yang dilakukan mahasiswa banyak menghasilkan karya positif. Kini mahasiswa tak
hanya dapat melakukan pengabdian melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN), namun juga
dapat melalui kegiatan volunteering atau
sukarelawan ke daerah-daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar) di Indonesia.
Banyak lembaga yang menawarkan kepada mahasiswa untuk bisa mengabdi ke
masyarakat. Setidaknya dengan tingginya jumlah kesempatan dan keinginan bagi
mahasiswa untuk melakukan pengabdian dapat menutupi kekurangan mahasiswa yang
terkadang masih berat hati meninggalkan zona nyaman.
Kondisi mahasiswa
generasi ini seperti rumah mewah yang kosong. Bangunannya telah disusun dari
kerangka yang kokoh. Dari jauh pun rumahnya terlihat megah. Nahasnya, bila kita
menyelisik lebih jauh ke dalam rumah mewah tersebut, masih terlihat banyak
ruang-ruang kosong. Apa jadinya bila bangunan hanyalah kosong? Rumah tak berisi
hanyalah bangunan tak berarti. Sangat disayangkan bila bangunan hanyalah megah
di luar, namun hampa di dalam.
Mahasiswa masa kini
dituntut tidak hanya hadir dalam ruangan, namun dapat membangun peradaban. Mahasiswa
perlu membuka hati untuk melihat ironi negeri sendiri. Tri Dharma Perguruan
Tinggi bukan hanya sebatas nama, namun menjadi jati diri mahasiswa. Tri Dharma
tidak hanya mengajarkan untuk melambungkan IPK, namun juga menginginkan adanya
karya nyata untuk rakyat Indonesia.
Franklin D. Roosevelt,
Presiden Amerika Serikat ke-32, mengatakan, “We cannot always build the future for our youth, but we can build our
youth for the future”. Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah jalan menuju masa
depan dan Mahasiswa merupakan harapan peradaban. Bila mahasiswa terus
menjunjung tinggi Dharmanya, bukan tidak mungkin negeri kita akan menuju zaman
keemasan. Mahasiswa ada untuk Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)